Kurikulum Darurat Memudahkan Orangtua dan Guru dalam Mengajar Anak
Penuhi hak siswa untuk memperoleh evaluasi di tengah-tengah kebatasan karena wabah Covid-19, sekolah sudah diberi pilihan untuk pilih kurikulum, yakni Kurikulum 2013 atau Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan).
Semenjak tahun 2020, sebagai sisi dari mitigasi (learning loss), sekolah diberi dua pilihan, yakni memakai Kurikulum 2013 secara penuh, atau memakai Kurikulum Genting, yaitu Kurikulum 2013 yang disederhanakan.
Kurikulum Genting diterapkan supaya evaluasi di periode wabah bisa fokus pada pengokohan watak dan kapabilitas fundamental. Hasilnya, sepanjang periode waktu 2020—2021, siswa pemakai Kurikulum Genting mendapatkan perolehan belajar yang lebih bagus dibanding pemakai Kurikulum 2013 secara penuh, lepas dari background sosio-ekonominya.
Sekretariat BSKAP Kemendikbud Ristek sebagai eksekutor harian Program Pengembangan untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) pelajari bagaimana keberhasilan implementasi Kurikulum Genting di SD Negeri 1 Bebatuan, Kabupaten Sumenep.
Dijumpai, kepala sekolah, guru, orangtua, dan peserta didik di SD Negeri 1 Bebatuan menghargai peraturan kurikulum darurat.
Lewat modul-modul evaluasi yang khusus didatangkan untuk guru dan orangtua, pengiringan belajar pada evaluasi selama saat wabah Covid-19 jadi lebih terukur.
Kepala Sekolah SD Negeri 1 Bebatuan, Mariyatul Kiptiyah, mengutarakan ada keringanan dalam implementasi Kurikulum Genting karena manfaatkan pemakaian modul untuk orangtua sepanjang evaluasi di periode wabah.
"Ada banyak ketidaksamaan berarti di antara Kurikulum Genting dengan Kurikulum 2013, khususnya berkaitan penyediaan modul untuk orangtua. Modul itu benar-benar berguna untuk orangtua dalam menemani anaknya saat belajar dalam rumah," katanya seperti dikutip dari situs Kemendikbud Ristek.
Menurut Mariyatul, Kurikulum Genting benar-benar menolong praktek evaluasi guru karena konsentrasi pada materi fundamental hingga membuat evaluasi bisa dilaksanakan dengan peruntukan saat yang cukup.
"Guru tak perlu tergesa-gesa dan berkejaran sama waktu untuk sekedar menyelesaikan materi. Guru jadi lebih bebas untuk lakukan pengkajian materi. Keunggulan lain dari Kurikulum Genting adalah ada asesmen diagnostik. Asesmen ini memungkinkannya guru ketahui mode dan kekuatan siswa saat belajar. Karena itu, asesmen ini bisa menolong guru dalam mengajarkan sesuai kekuatan beberapa siswa," ucapnya.
Guru lain di SD Negeri 1 Bebatuan, Maya, menjelaskan saat sebelum orangtua dan siswa diberi modul-modul evaluasi Kurikulum Genting, sekolah sudah melangsungkan publikasi lebih dulu ke beberapa orangtua.
"Maksudnya supaya pemakaian modul bisa jalan maksimal," katanya.
Sekolah juga memiliki inisiatif untuk melangsungkan sesion diskusi untuk beberapa orangtua yang membutuhkan kontribusi selanjutnya dan penggandaan modul untuk menolong orangtua yang kesusahan dalam terhubung modul secara online.
Sementara di Kota Batu, orangtua mempunyai hal menarik saat lakukan pengiringan dalam implementasi Kurikulum Genting sepanjang evaluasi di periode wabah.
Bugar Afrila Nurnadia, orangtua dari siswa SD Negeri 1 Punten, menjelaskan wabah sudah mengajarkannya beberapa hal.
"Kami jadi belajar jika sejauh ini skema belajar yang telah terjaga di sekolah dapat terlepas demikian saja di dalam rumah, bila tidak dijaga," ucapnya.
Hal itu dianggap oleh orangtua siswa lain, Susanti Dewi Lestari. Susanti menjelaskan, ada ketidaksamaan yang berarti di antara evaluasi di dalam rumah yang ditemani orangtua dengan evaluasi sekolah dengan guru.
"Jika di dalam rumah anak-anak seperti dapat bertransaksi dengan orangtua mereka, berlainan dengan di sekolah. Di sekolah, anak-anak lebih enggan ke guru mereka hingga mereka lebih tergerak untuk belajar dan kerjakan pekerjaan. Karena itu, kami mengakali anak-anak dengan memberi penghargaan bila mereka malas kerjakan pekerjaan," katanya.
Dia mengetahui mengenai keutamaan kerjasama di antara guru dan orangtua dalam tingkatkan perolehan evaluasi anak.
Seorang guru dan praktisi literatur di Kota Batu, Ernazt Pelajarnto, menjelaskan jika guru harus terus adaptive pada peralihan, terhitung bila ada peralihan kurikulum.
"Kami sebagai guru harus terus ikuti perubahan jaman, berlaku adaptive,kreatif, dan ingin terus belajar untuk menyongsong peralihan yang ada di muka kita. Kami sudah siap hadapi semua rintangan di muka, bereksperimen, dan memperbaiki diri untuk jadi lebih baik kembali," ucapnya.
Dapatkan pemberitahuan informasi pendidikan terbaru setiap hari dari Rifqifauzansholeh.com. Silahkan bergabung di grup Telegram dengan menyentuh nama berikut: "Blog Rifqi Fauzan" jika sudah diarahkan silahkan klik join. Pastikan kamu sudah menginstall aplikasi Telegram di smartphone kamu.
Posting Komentar