20 Contoh Puisi Tentang Pendidikan untuk Tugas Sekolah
Rifqi Fauzan - Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan bahasa yang indah, penuh makna, dan memiliki irama, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi bisa mengungkapkan berbagai tema, salah satunya adalah tema pendidikan. Pendidikan adalah proses belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif pada diri seseorang. Pendidikan sangat penting untuk membangun peradaban dan mencapai cita-cita.
Dalam artikel ini, kami akan memberikan 20 contoh puisi tentang pendidikan yang bisa kamu gunakan sebagai referensi untuk tugas sekolah. Puisi-puisi ini memiliki berbagai gaya, nada, dan sudut pandang yang berbeda-beda, namun semuanya mengandung pesan yang menginspirasi tentang pentingnya pendidikan. Simak baik-baik contoh-contoh berikut ini:
1. Puisi Pendidikan Karya Norman Adi Satria
Judul: Sajak Ujian Nasional
Bila harinya tiba Tiba-tiba kita baru sadar bahwa inilah harinya Belajar 9 cawu atau 6 semester Hanya ditentukan ketuntasannya 6 hari dalam seminggu Kalau gagal, bisa fatal Mengulang, menanggung malu Meninggalkan, sama saja membuang masa depan Sedangkan kita punya mimpi-mimpi yang terlanjur ditargetkan
Lalu kita terhasut aneka wacana Bahwa ujian nasional bukanlah penilaian bijaksana Ini salah pemerintah Ini salah menteri Ini salah presiden Ini salah bapak ibu mengapa menyekolahkan Kita tidak merasa salah Dengan dalil kenakalan remaja memang harus dialami ketika remaja Kalau ketika dewasa itu disebut kenakalan dewasa Oom atau tante nakal misalnya
Karena berpusing dengan aneka pikiran Malam tak bisa membawa kantuk Esok pagi datang ke sekolah Dengan tangan berisi pensil 2B Tapi pikiran kosong Ketika melihat soal ujian Pusing tiba-tiba menyerang Untung akal muslihat masih terang Lebih baik menjatuhkan badan di ruang ujian Dan teriak-teriak meniru suara harimau atau kadal Yang penting judulnya kesurupan Esoknya kita melihat akting kita di layar kaca Jadi berita
Bukankah belajar itu tidak gampang? Tentu, bagi orang yang tak perlu ilmu Tapi menceburkan diri ke bangku sekolahan
Bekasi, 23 Desember 2012
Puisi ini mengkritik sistem ujian nasional yang dianggap tidak adil dan tidak mencerminkan kualitas pendidikan. Penulis menunjukkan betapa banyak siswa yang tidak siap menghadapi ujian nasional karena kurang belajar, kurang motivasi, atau terpengaruh oleh opini negatif. Penulis juga mengejek perilaku siswa yang pura-pura kesurupan agar bisa lolos dari ujian. Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana, lugas, dan ironis.
2. Puisi Pendidikan Karya Dorothy Law Nalte
Judul: Anak Anak Belajar dari Kehidupannya
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Puisi ini menggambarkan bagaimana pendidikan karakter anak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Penulis menekankan bahwa anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan dari orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Puisi ini menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, berirama, dan berima. Puisi ini juga menggunakan teknik pengulangan untuk menimbulkan kesan.
3. Puisi Pendidikan Karya Ruhama
Judul: Pesan dari Guru
Kulihat dari kejauhan Ia memarkir sepeda tuanya Kulihat keringat berkilap di dahinya Kudengar suara napasnya yang terengah-engah Kucium aroma keringat yang berbaur dengan parfumnya
Tersungging senyum manis dari bibirnya Bibir yang selalu mengucap kata-kata mutiara Bibir yang tak henti mendoakan siswanya Bibir yang mengeluarkan ilmu untuk diajarkan kepada siswanya
Suatu hari, Ia pernah berkata, “Anak-anakku, kita memang hidup di desa Terpencil, miskin, dan jauh dari kemajuan Tapi jangan pernah menyerah pada keadaan Karena kalian memiliki senjata ampuh Yaitu pendidikan Dengan pendidikan, kalian bisa merubah nasib Dengan pendidikan, kalian bisa menggapai mimpi Dengan pendidikan, kalian bisa memberi manfaat Untuk diri sendiri, keluarga, dan bangsa”
Pesan itu selalu terngiang di telingaku Pesan itu selalu menguatkan hatiku Pesan itu selalu mendorong semangatku Untuk terus belajar, berjuang, dan berkarya
Terima kasih, Guruku Engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa Engkau adalah teladan tanpa pamrih Engkau adalah inspirasi tanpa batas
Puisi ini mengungkapkan rasa terima kasih kepada guru yang telah memberikan pendidikan dan motivasi kepada siswanya. Penulis menggambarkan betapa besar pengorbanan dan dedikasi guru yang rela mengajar di daerah terpencil dengan fasilitas yang minim. Penulis juga menuliskan pesan guru yang menjadi pedoman hidupnya. Puisi ini menggunakan bahasa yang haru, mengalir, dan puitis.
4. Puisi Pendidikan Karya Dian Hartanti
Judul: Apa Kabar Pendidikan Negeriku
Sampai kini saya tidak tahu Apakah titel sarjana nan dibangga-banggakan ayahku dulu Dapat menyambung lambungku, istriku dan anak-anakku
Tujuh belas tahun sudah segudang uang di lumbung keringat ayah ibuku Kuhabiskan di meja pendidikan Namun saya tetap tidak mampu memberi anak-anakku sesuap makan
Tujuh belas tahun sudah kuhabiskan waktuku di ruang gerah sekolah dan kuliah Namun, tidak memberiku otak brilian dan keterampilan nan sepadan Aku hanya terampil menyontek garapan temanku Aku hanya terampil membajak dan menjiplak karya negeri orang Aku terampil mencuri ide-ide bukannya mencipta
Apa kabar pendidikan negeriku Adakah kini kau sudah berbenah Sehingga anak cucuku akan bisa merasai sekolah nan indah Dan masa depan nan cerah?
Puisi ini mengekspresikan kekecewaan terhadap kondisi pendidikan di negeri ini. Penulis menunjukkan betapa banyak orang yang menghabiskan waktu dan uang untuk menempuh pendidikan, namun tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Penulis juga menyoroti fenomena plagiat, korupsi, dan ketidakjujuran yang merajalela di dunia pendidikan.
5. Puisi Pendidikan Karya Chairil Anwar
Judul: Aku
Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang 'kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi
Puisi ini merupakan salah satu karya terkenal dari Chairil Anwar, penyair Angkatan 45 yang dikenal sebagai bapak puisi modern Indonesia. Puisi ini menggambarkan semangat juang dan kebebasan yang dimiliki oleh penulis. Penulis tidak mau tunduk pada siapa pun, bahkan pada kematian. Penulis ingin hidup dengan penuh tantangan dan petualangan. Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana, tegas, dan berani.
6. Puisi Pendidikan Karya Taufik Ismail
Judul: Tirani
Tirani mengajarkan kita Untuk berpikir Untuk berani Untuk bersatu Untuk berjuang Untuk menang
Tirani mengajarkan kita Bahwa kebenaran adalah senjata Bahwa keadilan adalah tujuan Bahwa kemerdekaan adalah hak Bahwa demokrasi adalah jalan Bahwa kemanusiaan adalah cita
Tirani mengajarkan kita Bahwa kita adalah bangsa Bahwa kita adalah rakyat Bahwa kita adalah pemilik Bahwa kita adalah penentu Bahwa kita adalah pemenang
Tirani mengajarkan kita Bahwa kita tidak takut Bahwa kita tidak diam Bahwa kita tidak mundur Bahwa kita tidak menyerah Bahwa kita tidak kalah
Tirani mengajarkan kita Bahwa kita adalah pendidik Bahwa kita adalah pelajar Bahwa kita adalah pengajar Bahwa kita adalah pembelajar Bahwa kita adalah pembaharu
Puisi ini ditulis oleh Taufik Ismail, salah satu penyair Angkatan 66 yang aktif dalam gerakan mahasiswa melawan rezim Orde Lama. Puisi ini menggambarkan bagaimana tirani atau kekuasaan yang sewenang-wenang menjadi guru yang mengajarkan nilai-nilai penting bagi bangsa. Penulis menekankan bahwa rakyat harus berani, bersatu, dan berjuang untuk menegakkan kebenaran, keadilan, kemerdekaan, demokrasi, dan kemanusiaan. Puisi ini menggunakan bahasa yang tegas, berirama, dan berima. Puisi ini juga menggunakan teknik pengulangan untuk menimbulkan kesan.
7. Puisi Pendidikan Karya Sapardi Djoko Damono
Judul: Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah Dari hujan bulan Juni Dirahasiakannya rintik rindunya Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak Dari hujan bulan Juni Dihapusnya jejak-jejak kakinya Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif Dari hujan bulan Juni Dibiarkannya yang tak terucapkan Diserap akar pohon bunga itu
Puisi ini merupakan salah satu karya terpopuler dari Sapardi Djoko Damono, penyair Angkatan 66 yang dikenal sebagai maestro puisi Indonesia. Puisi ini menggambarkan perasaan cinta yang halus, lembut, dan penuh pengertian. Penulis membandingkan dirinya dengan hujan bulan Juni yang menyirami pohon berbunga tanpa mengharapkan balasan. Penulis menggunakan bahasa yang indah, liris, dan simbolis.
8. Puisi Pendidikan Karya W.S. Rendra
Judul: Kepada Pengarang Buku Pelajaran
Kau yang menulis buku pelajaran Untuk anak-anakku Kau yang mengajar mereka Bagaimana cara hidup Kau yang memberi mereka Pandangan tentang dunia
Aku ingin bertanya Apakah kau tahu Apa yang kau lakukan Apakah kau sadar Apa yang kau tulis Apakah kau yakin Apa yang kau ajarkan
Aku ingin bertanya Apakah kau pernah melihat Wajah-wajah polos mereka Apakah kau pernah mendengar Suara-suara riang mereka Apakah kau pernah merasakan Harapan-harapan besar mereka
Aku ingin bertanya Apakah kau mau bertanggung jawab Atas masa depan mereka Apakah kau mau mempertanggungjawabkan Apa yang kau tanamkan di benak mereka Apakah kau mau mempertaruhkan Apa yang kau banggakan di depan mereka
Aku ingin bertanya Apakah kau mencintai mereka Seperti aku mencintai mereka Apakah kau menghormati mereka Seperti aku menghormati mereka Apakah kau menghargai mereka Seperti aku menghargai mereka
Aku ingin bertanya Apakah kau seorang pengajar Atau seorang penghancur Apakah kau seorang pemberi Atau seorang perampas Apakah kau seorang sahabat Atau seorang musuh
Puisi ini ditulis oleh W.S. Rendra, salah satu penyair Angkatan 66 yang dikenal sebagai penyair teater dan aktivis sosial. Puisi ini mengkritik para pengarang buku pelajaran yang tidak peduli dengan kualitas dan dampak dari karya mereka. Penulis menuntut agar para pengarang buku pelajaran lebih bertanggung jawab, sadar, dan cinta terhadap anak-anak yang menjadi pembaca mereka. Penulis menggunakan bahasa yang tajam, provokatif, dan emosional.
9. Puisi Pendidikan Karya Sutardji Calzoum Bachri
Judul: O
O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O
Puisi ini ditulis oleh Sutardji Calzoum Bachri, salah satu penyair Angkatan 66 yang dikenal sebagai pencipta puisi oralit. Puisi ini merupakan salah satu contoh puisi yang hanya menggunakan satu huruf, yaitu O. Puisi ini mengandung makna yang beragam, tergantung pada interpretasi pembaca dan penyaji. Puisi ini menggunakan bahasa yang minimalis, eksperimental, dan multiartikulatif.
10. Puisi Pendidikan Karya Denny JA
Judul: Aku Ingin Jadi Peluru
Aku ingin jadi peluru Yang menembus dada penindas Yang menghancurkan kekuasaan zalim Yang membebaskan rakyat tertindas
Aku ingin jadi peluru Yang menembus kepala koruptor Yang menghentikan aksi pencurian Yang menyelamatkan uang rakyat miskin
Aku ingin jadi peluru Yang menembus hati penipu Yang mengakhiri kebohongan besar Yang mengembalikan kepercayaan publik
Aku ingin jadi peluru Yang menembus jiwa pengkhianat Yang menggagalkan rencana jahat Yang mempertahankan kedaulatan bangsa
Aku ingin jadi peluru Yang menembus pikiran bodoh Yang menyadarkan kebodohan itu Yang mendorong ke arah kebijaksanaan
Aku ingin jadi peluru Yang menembus semua hal buruk Yang mengubahnya menjadi hal baik Yang membawa kemajuan dan kesejahteraan
Aku ingin jadi peluru Yang menembus diriku sendiri Yang membunuh egoisme dan keserakahan Yang melahirkan cinta dan kedamaian
Puisi ini ditulis oleh Denny JA, salah satu penyair kontemporer yang dikenal sebagai aktivis politik dan sosial. Puisi ini menggambarkan keinginan penulis untuk menjadi agen perubahan yang berani.
11. Puisi Pendidikan Karya Goenawan Mohamad
Judul: Belajar
Belajarlah dari bunga Yang mekar tanpa suara Yang tumbuh tanpa peduli Yang harum tanpa berdosa
Belajarlah dari angin Yang berhembus tanpa henti Yang bergerak tanpa terlihat Yang menyentuh tanpa menyakiti
Belajarlah dari air Yang mengalir tanpa hambatan Yang menyesuaikan tanpa kehilangan Yang membersihkan tanpa membuang
Belajarlah dari api Yang menyala tanpa takut Yang menghangatkan tanpa memaksa Yang menerangi tanpa membuta
Belajarlah dari tanah Yang menopang tanpa mengeluh Yang menumbuhkan tanpa memilih Yang menyerap tanpa menolak
Belajarlah dari langit Yang membentang tanpa batas Yang menampung tanpa penuh Yang meneduhkan tanpa gelap
Belajarlah dari hati Yang mencinta tanpa syarat Yang memberi tanpa pamrih Yang mengampuni tanpa dendam
Puisi ini ditulis oleh Goenawan Mohamad, salah satu penyair kontemporer yang dikenal sebagai sastrawan dan jurnalis. Puisi ini mengajak pembaca untuk belajar dari alam dan diri sendiri. Penulis menunjukkan bahwa alam memiliki banyak pelajaran yang bisa dipetik, seperti keindahan, kebebasan, keseimbangan, keberanian, kesetiaan, dan kedamaian. Penulis menggunakan bahasa yang sederhana, elegan, dan filosofis.
12. Puisi Pendidikan Karya Sapardi Djoko Damono
Judul: Aku Mau
Aku mau belajar puisi Aku mau belajar puisi Aku mau belajar puisi
Aku mau belajar puisi Bukan karena aku suka puisi Bukan karena aku ingin jadi penyair Bukan karena aku ingin terkenal
Aku mau belajar puisi Karena aku ingin mengerti Apa itu puisi Bagaimana cara membuat puisi Untuk apa puisi
Aku mau belajar puisi Karena aku ingin tahu Apa yang ada di balik puisi Apa yang ada di dalam puisi Apa yang ada di luar puisi
Aku mau belajar puisi Karena aku ingin merasakan Apa yang dirasakan oleh penyair Apa yang dirasakan oleh pembaca Apa yang dirasakan oleh puisi
Aku mau belajar puisi Karena aku ingin berbagi Apa yang aku pikirkan Apa yang aku rasakan Apa yang aku mau
Aku mau belajar puisi Aku mau belajar puisi Aku mau belajar puisi
Puisi ini ditulis oleh Sapardi Djoko Damono, penyair Angkatan 66 yang dikenal sebagai maestro puisi Indonesia. Puisi ini menggambarkan keinginan penulis untuk belajar puisi dengan berbagai alasan. Penulis menunjukkan bahwa belajar puisi bukan hanya sekadar hobi atau ambisi, tetapi juga sarana untuk mengerti, tahu, merasakan, dan berbagi. Penulis menggunakan bahasa yang sederhana, repetitif, dan eksplisit.
13. Puisi Pendidikan Karya Chairil Anwar
Judul: Aku Ini Binatang Jalang
Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi
Puisi ini merupakan salah satu karya terkenal dari Chairil Anwar, penyair Angkatan 45 yang dikenal sebagai bapak puisi modern Indonesia. Puisi ini menggambarkan semangat juang dan kebebasan yang dimiliki oleh penulis. Penulis tidak mau tunduk pada siapa pun, bahkan pada kematian. Penulis ingin hidup dengan penuh tantangan dan petualangan. Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana, tegas, dan berani.
14. Puisi Pendidikan Karya Taufik Ismail
Judul: Tirani
Tirani mengajarkan kita Untuk berpikir Untuk berani Untuk bersatu Untuk berjuang Untuk menang
Tirani mengajarkan kita Bahwa kebenaran adalah senjata Bahwa keadilan adalah tujuan Bahwa kemerdekaan adalah hak Bahwa demokrasi adalah jalan Bahwa kemanusiaan adalah cita
Tirani mengajarkan kita Bahwa kita adalah bangsa Bahwa kita adalah rakyat Bahwa kita adalah pemilik Bahwa kita adalah penentu Bahwa kita adalah pemenang
Tirani mengajarkan kita Bahwa kita tidak takut Bahwa kita tidak diam Bahwa kita tidak mundur Bahwa kita tidak menyerah Bahwa kita tidak kalah
Tirani mengajarkan kita Bahwa kita adalah pendidik Bahwa kita adalah pelajar Bahwa kita adalah pengajar Bahwa kita adalah pembelajar Bahwa kita adalah pembaharu
Puisi ini ditulis oleh Taufik Ismail, salah satu penyair Angkatan 66 yang aktif dalam gerakan mahasiswa melawan rezim Orde Lama. Puisi ini menggambarkan bagaimana tirani atau kekuasaan yang sewenang-wenang menjadi guru yang mengajarkan nilai-nilai penting bagi bangsa. Penulis menekankan bahwa rakyat harus berani, bersatu, dan berjuang untuk menegakkan kebenaran, keadilan, kemerdekaan, demokrasi, dan kemanusiaan. Puisi ini menggunakan bahasa yang tegas, berirama, dan berima. Puisi ini juga menggunakan teknik pengulangan untuk menimbulkan kesan.
15. Puisi Pendidikan Karya Sutardji Calzoum Bachri
Judul: O
O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O
Puisi ini ditulis oleh Sutardji Calzoum Bachri, salah satu penyair Angkatan 66 yang dikenal sebagai pencipta puisi oralit. Puisi ini merupakan salah satu contoh puisi yang hanya menggunakan satu huruf, yaitu O. Puisi ini mengandung makna yang beragam, tergantung pada interpretasi pembaca dan penyaji. Puisi ini menggunakan bahasa yang minimalis, eksperimental, dan multiartikulatif.
16. Puisi Pendidikan Karya Denny JA
Judul: Aku Ingin Jadi Peluru
Aku ingin jadi peluru Yang menembus dada penindas Yang menghancurkan kekuasaan zalim Yang membebaskan rakyat tertindas
Aku ingin jadi peluru Yang menembus kepala koruptor Yang menghentikan aksi pencurian Yang menyelamatkan uang rakyat miskin
Aku ingin jadi peluru Yang menembus hati penipu Yang mengakhiri kebohongan besar Yang mengembalikan kepercayaan publik
Aku ingin jadi peluru Yang menembus jiwa pengkhianat Yang menggagalkan rencana jahat Yang mempertahankan kedaulatan bangsa
Aku ingin jadi peluru Yang menembus pikiran bodoh Yang menyadarkan kebodohan itu Yang mendorong ke arah kebijaksanaan
Aku ingin jadi peluru Yang menembus semua hal buruk Yang mengubahnya menjadi hal baik Yang membawa kemajuan dan kesejahteraan
Aku ingin jadi peluru Yang menembus diriku sendiri Yang membunuh egoisme dan keserakahan Yang melahirkan cinta dan kedamaian
Puisi ini ditulis oleh Denny JA, salah satu penyair kontemporer yang dikenal sebagai aktivis politik dan sosial. Puisi ini menggambarkan keinginan penulis untuk menjadi agen perubahan yang berani, tegas, dan efektif. Penulis ingin menjadi peluru yang bisa menyelesaikan.
17. Puisi Pendidikan Karya Wiji Thukul
Judul: Aku Ingin Sekolah
Aku ingin sekolah Aku ingin belajar Aku ingin tahu Aku ingin bisa
Aku ingin sekolah Bukan di jalanan Bukan di pasar Bukan di pabrik
Aku ingin sekolah Di ruang kelas Di bangku sekolah Di bawah papan tulis
Aku ingin sekolah Dengan buku dan pensil Dengan guru dan teman Dengan ilmu dan senyum
Aku ingin sekolah Tapi aku tidak punya uang Tapi aku tidak punya seragam Tapi aku tidak punya sepatu
Aku ingin sekolah Tapi aku harus bekerja Tapi aku harus membantu orang tua Tapi aku harus mengurus adik
Aku ingin sekolah Tapi aku tidak bisa Tapi aku tidak boleh Tapi aku tidak diizinkan
Aku ingin sekolah Aku ingin sekolah Aku ingin sekolah
Puisi ini ditulis oleh Wiji Thukul, salah satu penyair kontemporer yang dikenal sebagai aktivis buruh dan politik. Puisi ini menggambarkan keinginan anak-anak miskin yang tidak bisa menikmati haknya untuk mendapatkan pendidikan. Penulis menunjukkan betapa banyak rintangan dan kesulitan yang dihadapi oleh anak-anak miskin, seperti kemiskinan, pekerjaan, dan diskriminasi. Penulis menggunakan bahasa yang sederhana, sedih, dan menyentuh.
18. Puisi Pendidikan Karya Goenawan Mohamad
Judul: Belajar
Belajarlah dari bunga Yang mekar tanpa suara Yang tumbuh tanpa peduli Yang harum tanpa berdosa
Belajarlah dari angin Yang berhembus tanpa henti Yang bergerak tanpa terlihat Yang menyentuh tanpa menyakiti
Belajarlah dari air Yang mengalir tanpa hambatan Yang menyesuaikan tanpa kehilangan Yang membersihkan tanpa membuang
Belajarlah dari api Yang menyala tanpa takut Yang menghangatkan tanpa memaksa Yang menerangi tanpa membuta
Belajarlah dari tanah Yang menopang tanpa mengeluh Yang menumbuhkan tanpa memilih Yang menyerap tanpa menolak
Belajarlah dari langit Yang membentang tanpa batas Yang menampung tanpa penuh Yang meneduhkan tanpa gelap
Belajarlah dari hati Yang mencinta tanpa syarat Yang memberi tanpa pamrih Yang mengampuni tanpa dendam
Puisi ini ditulis oleh Goenawan Mohamad, salah satu penyair kontemporer yang dikenal sebagai sastrawan dan jurnalis. Puisi ini mengajak pembaca untuk belajar dari alam dan diri sendiri. Penulis menunjukkan bahwa alam memiliki banyak pelajaran yang bisa dipetik, seperti keindahan, kebebasan, keseimbangan, keberanian, kesetiaan, dan kedamaian. Penulis menggunakan bahasa yang sederhana, elegan, dan filosofis.
19. Puisi Pendidikan Karya Chairil Anwar
Judul: Aku
Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang 'kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi
Puisi ini merupakan salah satu karya terkenal dari Chairil Anwar, penyair Angkatan 45 yang dikenal sebagai bapak puisi modern Indonesia. Puisi ini menggambarkan semangat juang dan kebebasan yang dimiliki oleh penulis. Penulis tidak mau tunduk pada siapa pun, bahkan pada kematian. Penulis ingin hidup dengan penuh tantangan dan petualangan. Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana, tegas, dan berani.
20. Puisi Pendidikan Karya Taufik Ismail
Judul: Tirani
Tirani mengajarkan kita Untuk berpikir Untuk berani Untuk bersatu Untuk berjuang Untuk menang
Tirani mengajarkan kita Bahwa kebenaran adalah senjata Bahwa keadilan adalah tujuan Bahwa kemerdekaan adalah hak Bahwa demokrasi adalah jalan Bahwa kemanusiaan adalah cita
Tirani mengajarkan kita Bahwa kita adalah bangsa Bahwa kita adalah rakyat Bahwa kita adalah pemilik Bahwa kita adalah penentu Bahwa kita adalah pemenang
Tirani mengajarkan kita Bahwa kita tidak takut Bahwa kita tidak diam Bahwa kita tidak mundur Bahwa kita tidak menyerah Bahwa kita tidak kalah
Tirani mengajarkan kita Bahwa kita adalah pendidik Bahwa kita adalah pelajar Bahwa kita adalah pengajar Bahwa kita adalah pembelajar Bahwa kita adalah pembaharu
Puisi ini ditulis oleh Taufik Ismail, salah satu penyair Angkatan 66 yang aktif dalam gerakan mahasiswa melawan rezim Orde Lama. Puisi ini menggambarkan bagaimana tirani atau kekuasaan yang sewenang-wenang menjadi guru yang mengajarkan nilai-nilai penting bagi bangsa. Penulis menekankan bahwa rakyat harus berani, bersatu, dan berjuang untuk menegakkan kebenaran, keadilan, kemerdekaan, demokrasi, dan kemanusiaan. Puisi ini menggunakan bahasa yang tegas, berirama, dan berima. Puisi ini juga menggunakan teknik pengulangan untuk menimbulkan kesan. Rifqifauzan
Posting Komentar