Berita Pendidikan
Pendidikan Indonesia
FAKTA SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA YANG SERING TERLUPAKAN
Pendidikan modern diperkenalkan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda, ketika itu terdapat sistem sekolah tradisional seperti Pesantren, dilengkapi dengan sekolah berbahasa Belanda untuk anak-anak Belanda dan elit lokal, serta sekolah rakyat (SR) yang merupakan sekolah untuk rakyat Indonesia.
Sistem ini elitis dan hanya dapat diakses oleh beberapa orang terpilih. Setelah kemerdekaan pada tahun 1945, Indonesia secara konstitusional mengabadikan pendidikan sebagai hak semua warga negara Indonesia dan berupaya untuk membangun sistem pendidikan massal yang lebih egaliter dan inklusif.
Meskipun pendidikan publik sebagian besar sekuler dan Indonesia secara formal adalah negara sekuler, pendidikan Islam sangat menonjol terutama di sektor pendidikan swasta di Indonesia. Organisasi Islam Muhammadiyah yang beranggotakan 29 juta orang, misalnya, saat ini mengoperasikan 172 universitas, sekitar 2.600 sekolah dasar, dan hampir 3.000 sekolah menengah di seluruh Indonesia. Lembaga-lembaga ini mengajarkan kurikulum akademis umum sekuler selain studi agama.
Meskipun pendidikan Islam telah lama dianggap sebagai peringkat kedua, kebangkitan konservatisme Islam di Indonesia telah menyebabkan peningkatan pendidikan Islam dalam kurikulum sekolah umum dalam beberapa tahun terakhir. Seperti aspek kehidupan publik lainnya, pendidikan dipengaruhi oleh tumbuhnya Islamisasi masyarakat Indonesia, yang secara tradisional lebih menyukai Islam yang lebih moderat. Saat ini, tidak jarang anak-anak Indonesia bersekolah di pesantren, madrasah, atau sekolah Islam lainnya (sekolah Islam modern).
Dilihat dari ukuran dan cakupannya, sistem pendidikan di kepulauan Indonesia yang majemuk menjadi jauh lebih seragam. Ini juga telah berkembang pesat sejak pertengahan abad ke-20: Jumlah sekolah menengah atas berlipat ganda dari 67.000 pada tahun 1974 menjadi lebih dari 146.000 pada tahun 2011, sementara jumlah perguruan tinggi meningkat tiga kali lipat hanya dalam waktu 17 tahun — dari 1.236 pada tahun 1995 menjadi 3.815 pada tahun 2012 Begitu pula, jumlah siswa sekolah dasar melonjak dari 14,9 juta pada tahun 1970 menjadi 29,35 juta pada tahun 2016, dan jumlah siswa tersier melonjak dari hanya 248.000 menjadi sekitar 9 juta dalam rentang waktu yang sama.

Meskipun begitu, kita sering melupakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia merupakan warisan penjajah yang secara tidak langsung memperngaruhi sistem pendidikan di Indonesia saat ini. Setidaknya ini sedikit menjelaskan mengapa Indonesia memiliki tingkat literasi yang sagat rendah dan tidak memiliki kompetensi seperti masyarakat pada negara maju, kecuali beberapa orang yang memiliki akses untuk mengenyam pendidikan lebih baik.
Pendidikan tidak dapat dipisah dari kehidupan manusia. Filosof dari Amerika Serikat John Dewey juga pernah menjelaskan jika pendidikan ialah hidup tersebut. Melalui pendidikan, seorang dapat mendapatkan pengetahuan dan membuatnya selaku manusia yg bermutu. Untuk itu mendapatkan pendidikan ialah satu hak landasan yg digenggam tiap manusia dari muka bumi.
Kenaikan banyaknya sekolah disertai juga bersama perkembangan banyaknya perpustakaan di sekolah setiap tingkatannya. Tentang hal SD jadi penyumbang angka paling besar banyaknya perpustakaan sekitar 81.714 bangunan dituruti SMP (18.510), SMA (5.626) dan SMK (2.665). Banyaknya ini tidak dapat disebut sedikit, walau masih perlu tambahan ingat banyaknya perpustakaan bersama banyaknya bangunan sekolah masih jauh terpaut.
Data Neraca Nasional Pendidikan tahun 2017 menulis jika nilai rerata Tes Kapabilitas Guru (UKG) masih ada di bawah 60 dari rasio 0-100. Cuman pada tingkatan SMA saja nilai rerata UKG capai 61,74. Keadaan ini perlu memperoleh pandangan supaya kualitas guru dalam mengajar beberapa murid semakin bertambah.
Keharusan kerjakan pekerjaan sekolah rupanya menggerakkan murid memakai internet di luar waktu sekolah bersama prosentase capai 72 %. Disamping itu, aktif bersosial medium fakta anak umur sekolah memakai internet setelah sekolah sejumlah 71,31 %. Rutinitas membaca info malah ada di bawah 60 % bersama cuman capai 53,66 %.
Sistem ini elitis dan hanya dapat diakses oleh beberapa orang terpilih. Setelah kemerdekaan pada tahun 1945, Indonesia secara konstitusional mengabadikan pendidikan sebagai hak semua warga negara Indonesia dan berupaya untuk membangun sistem pendidikan massal yang lebih egaliter dan inklusif.
Meskipun pendidikan publik sebagian besar sekuler dan Indonesia secara formal adalah negara sekuler, pendidikan Islam sangat menonjol terutama di sektor pendidikan swasta di Indonesia. Organisasi Islam Muhammadiyah yang beranggotakan 29 juta orang, misalnya, saat ini mengoperasikan 172 universitas, sekitar 2.600 sekolah dasar, dan hampir 3.000 sekolah menengah di seluruh Indonesia. Lembaga-lembaga ini mengajarkan kurikulum akademis umum sekuler selain studi agama.
Meskipun pendidikan Islam telah lama dianggap sebagai peringkat kedua, kebangkitan konservatisme Islam di Indonesia telah menyebabkan peningkatan pendidikan Islam dalam kurikulum sekolah umum dalam beberapa tahun terakhir. Seperti aspek kehidupan publik lainnya, pendidikan dipengaruhi oleh tumbuhnya Islamisasi masyarakat Indonesia, yang secara tradisional lebih menyukai Islam yang lebih moderat. Saat ini, tidak jarang anak-anak Indonesia bersekolah di pesantren, madrasah, atau sekolah Islam lainnya (sekolah Islam modern).
Dilihat dari ukuran dan cakupannya, sistem pendidikan di kepulauan Indonesia yang majemuk menjadi jauh lebih seragam. Ini juga telah berkembang pesat sejak pertengahan abad ke-20: Jumlah sekolah menengah atas berlipat ganda dari 67.000 pada tahun 1974 menjadi lebih dari 146.000 pada tahun 2011, sementara jumlah perguruan tinggi meningkat tiga kali lipat hanya dalam waktu 17 tahun — dari 1.236 pada tahun 1995 menjadi 3.815 pada tahun 2012 Begitu pula, jumlah siswa sekolah dasar melonjak dari 14,9 juta pada tahun 1970 menjadi 29,35 juta pada tahun 2016, dan jumlah siswa tersier melonjak dari hanya 248.000 menjadi sekitar 9 juta dalam rentang waktu yang sama.

Meskipun begitu, kita sering melupakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia merupakan warisan penjajah yang secara tidak langsung memperngaruhi sistem pendidikan di Indonesia saat ini. Setidaknya ini sedikit menjelaskan mengapa Indonesia memiliki tingkat literasi yang sagat rendah dan tidak memiliki kompetensi seperti masyarakat pada negara maju, kecuali beberapa orang yang memiliki akses untuk mengenyam pendidikan lebih baik.
Pendidikan tidak dapat dipisah dari kehidupan manusia. Filosof dari Amerika Serikat John Dewey juga pernah menjelaskan jika pendidikan ialah hidup tersebut. Melalui pendidikan, seorang dapat mendapatkan pengetahuan dan membuatnya selaku manusia yg bermutu. Untuk itu mendapatkan pendidikan ialah satu hak landasan yg digenggam tiap manusia dari muka bumi.
Pembenahan Pendidikan di Indonesia
Sekarang, seiring berjalannya waktu ada banyak hal yg berlangsung di dunia pendidikan tanah air. Di satu segi mempunyai nilai baik tetapi di lain perihal perlu memperoleh pembenahan.1. Banyaknya sekolah dan perpustakaan di setiap sekolah semakin bertambah
Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data mengenai pendidikan Indonesia pada 2017. Dalam keluaran itu dijumpai perkembangan banyaknya sekolah dan perpustakaan sekolah di tanah air. Walau banyaknya sekolah SD alami pengurangan sebesar 0,02 % (147.503 sekolah), tetapi itu tidak berlangsung pada tingkatan pendidikan lain. Banyaknya sekolah di angka SMK alami kenaikan paling tinggi sejumlah 4,56 % bersama keseluruhan 13.236 sekolah diikuti SMA (3,59 % jadi 13.144 sekolah) dan SMP (2 % jadi 37.763 sekolah).Kenaikan banyaknya sekolah disertai juga bersama perkembangan banyaknya perpustakaan di sekolah setiap tingkatannya. Tentang hal SD jadi penyumbang angka paling besar banyaknya perpustakaan sekitar 81.714 bangunan dituruti SMP (18.510), SMA (5.626) dan SMK (2.665). Banyaknya ini tidak dapat disebut sedikit, walau masih perlu tambahan ingat banyaknya perpustakaan bersama banyaknya bangunan sekolah masih jauh terpaut.
2. Guru bertitel sarjana alami bertambahnya setiap tahun tuntunan.
Tes Kapabilitas Guru belum juga memberikan kepuasan. Masih dari data BPS, banyaknya guru yg memegang gelar sarjana minimum S1 atau D4 memperlihatkan peningkatan. Di tahun tuntunan 2015/2016, banyaknya guru bertitel sarjana baru sebesar 84,86 % sedang pada 2016/2017 angka itu naik jadi 88,29 %. Walau banyak guru sudah merangkul gelar di pendidikan tinggi kenyataannya kapabilitas guru harus dibenahi.
Data Neraca Nasional Pendidikan tahun 2017 menulis jika nilai rerata Tes Kapabilitas Guru (UKG) masih ada di bawah 60 dari rasio 0-100. Cuman pada tingkatan SMA saja nilai rerata UKG capai 61,74. Keadaan ini perlu memperoleh pandangan supaya kualitas guru dalam mengajar beberapa murid semakin bertambah.
3. Murid semakin banyak memakai internet di luar waktu sekolah. Apa yg dijangkau?
Waktu di luar waktu sekolah tidak cuman digunakan untuk mengikut les atau bermain saja. Di zaman yg hebat ini beberapa anak umur sekolah manfaatkan internet untuk isi kekosongan setelah pulang sekolah. Data dari BPS memperlihatkan prosentase pemakaian internet di kelompok murid bertambah dari mulanya cuman sejumlah 33,98 % pada 2016 jadi 40,96 % di 2017. Lalu, apa yg dikerjakan beberapa murid waktu menjelajahi internet?Keharusan kerjakan pekerjaan sekolah rupanya menggerakkan murid memakai internet di luar waktu sekolah bersama prosentase capai 72 %. Disamping itu, aktif bersosial medium fakta anak umur sekolah memakai internet setelah sekolah sejumlah 71,31 %. Rutinitas membaca info malah ada di bawah 60 % bersama cuman capai 53,66 %.
4. Gonta-Ganti Kurikulum sampai 11 kali semenjak 1947
Sampai 2017, Indonesia telah mengaplikasikan beberapa kurikulum pendidikan. Pertama kali kurikulum pendidikan di tanah air diaplikasikan pada 1947 atau 2 tahun sesudah Indonesia merdeka. Data dari Kemdikbud menulis ada 11 kurikulum yg pernah digunakan di dunia pendidikan tanah air. Tentang hal kurikulum-kurikulum itu diantaranya :- Rentjana Pelajaran 1947
- Rentjana Pelajaran Tergerai 1952
- Rentjana Pendidikan 1964
- Kurikulum 1968
- Kurikulum 1975
- Kurikulum 1984
- Kurikulum 1994
- KBK (Kurikulum Berbasiskan Kapabilitas) 2004
- KTSP (Kurikulum Angka Unit Pendidikan) 2006
- K-13
- Kurikulum 2015
5. Angka Kredibilitas Ujian Nasional semakin lebih baik.
Murid Indonesia paling berbahagia di dunia Semenjak tidak akan jadi pemasti kelulusan pada 2015, angka kejujuran murid dalam penerapan Ujian Nasional semakin bertambah. Index Kredibilitas Ujian Nasional (IIUN) 2018 dari angka SMP sampai SMA berdasar Neraca Pendidikan Nasional ada di atas 80 %. SMK tempati rangking paling atas bersama prosentase capai 96,61 %, SMA jalur IPA mengikut bersama 96,24 %.
Kecuali kesadaran untuk jujur, murid di Indonesia paling berbahagia dibanding bersama murid dari negara lain. Data dari PISA-OECD memperlihatkan jika 96 % informan yg memperoleh pertanyaan 'saya bersahabat bersama gampang di sekolah' menjawab sepakat. Ini jadi yg paling tinggi di atas Kazakhstan (93 %) dan Prancis (92 %).
Kecuali kesadaran untuk jujur, murid di Indonesia paling berbahagia dibanding bersama murid dari negara lain. Data dari PISA-OECD memperlihatkan jika 96 % informan yg memperoleh pertanyaan 'saya bersahabat bersama gampang di sekolah' menjawab sepakat. Ini jadi yg paling tinggi di atas Kazakhstan (93 %) dan Prancis (92 %).
Posting Komentar