MELIHAT BERAGAM JENIS LEMBAGA PENDIDIKAN INDONESIA DI MATA DUNIA
Masih seputar pandangan orang asing terhadap pendidikan di Indonesia yang memiliki banyak persoalan. Kali ini Rifqi membahas mengenai lembaga pendidikan formal di Indonesia yang dipisahkan berdasarkan pengamatan para ekspatriat yang tinggal di Indonesia.
1. Sekolah Internasional
Meskipun sejak 2015 Kementerian Pendidikan tidak lagi mengizinkan kata "Internasional" di nama sekolah karena kekhawatiran penyalahgunaan istilah tersebut, masih banyak orang yang menyebutnya sebagai sekolah internasional
Kurikulum di sekolah ini biasanya mengadopsi dari IB atau Cambridge dengan tambahan beberapa konten lokal seperti bahasa Indonesia dan pelajaran budaya setempat. Dalam sekolah ini, waktu belajarnya adalah 5 hari seminggu dan biasanya dimulai dari pukul 8 pagi sampai 3 sore.
Mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, kebanyakan murid dan gurunya juga merupakan warga asing yang menetap di Indonesia. Sekolah internasional ini biasanya memiliki fasilitas sangat baik namun biayanya juga sangat mahal.
2. Sekolah Nasional Plus
Secara umum sekolah ini menerapkan kurikulum nasional Indonesia dan menambahkan beberapa aspek kurikulum internasional dalam sistem pembelajarannya.
Meskipun terdapat akreditasi, namun pada praktiknya tidak ada standar khusus yang diberlakukan pemerintah yang menyebabkan kualitas sekolah ini bervariasi. Meskipun tidak sebagus sekolah internasional, namun para ekspatriat menganggap sekolah ini cukup bagus, ditambah dengan biayanya yang lebih murah daripada sekolah internasional.
3. Sekolah Nasional
Sekolah umum ini mengikuti kurikulum Indonesia sepenuhnya, biasanya terdiri dari SD, SMP, dan SMA. Ada yang dikelola swasta dan ada juga yang statusnya negri.mereka juga mengikuti waktu pembelajaran 6 hari dalam seminggu dari jam 7 pagi hingga 1 siang.
Sekolah Swasta Nasional biasanya berafiliasi dengan denominasi agama, terutama sekolah Katolik. Sebelum maraknya sekolah Internasional dan Nasional Plus, para elit Indonesia biasanya akan menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah Katolik terlepas dari agamanya sendiri karena kualitas pendidikannya.
Namun Rifqi menilai kualitas pendidikan di sekolah ini pada umumnya dipandang biasa-biasa saja oleh para ekspatriat. Tidak jarang ada kelas kosong dan sekolah dibubarkan lebih awal, peraturan disana juga terbilang ketat dan banyak waktu dihabiskan untuk hal-hal seperti upacara bendera.
Meskipun merupakan pilihan yang tepat untuk ekspatriat yang ingin memberikan anak-anak mereka kesan dan pengalaman khas Indonesia, mereka cenderung menjadi sangat cermat dalam memilih sekolah nasional untuk anak mereka.
Pendidikan Indonesia di mata dunia memang tidak dipandang sebaik negara-negara maju, namun kultur dan budaya dalam sekolah-sekolah tersebut tetap memberikan kesan pendidikan yang khas Indonesia seperti keramahan dan kesopanan, maka dari itu, tidak sedikit para ekspatriat yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah nasional.
Posting Komentar