IBU BERPENDIDIKAN TINGGI? WHY NOT?
IBU BERPENDIDIKAN TINGGI? WHY NOT?
Sering kali kita mendengar sindiran, “Sekolah tinggi – tinggi sampai dapat gelar Profesor kok cuma jadi ibu rumah tangga!” Mungkin tidak hanya yang bergelar professor tapi tingkat sekolah setinggi apapun itu sering kali mendapat cibiran semacamnya. Sebelum menunjuk orang lain, mari kita lihat diri kita apakah kita pernah melakukan cibiran atau hal – hal serupa dengannya? Jika iya, maka kita perlu mengevaluasi dan memperbaiki diri kita terkait ibu berpendidikan tinggi. Bukankah tidak ada yang salah ketika seorang ibu berpendidikan tinggi? Atau menurutmu justru ibu yang berpendidikan tinggi adalah suatu kesalahan besar? Jika menurutmu hal itu merupakan kesalahan besar, kamu bisa menuliskan pendapatmu di kolom komentar ya.
Tahukah kamu bahwa setiap hal yang ada di dunia ini harus menggunakan ilmu? Pernahkah kamu berfikir akan setiap tindakan yang kamu lakukan maupun orang disekitarmu perbuat seharusnya berdasarkan ilmu, bukan? Tapi apakah benar bahwa semuanya sudah melakukan berdasarkan ilmu yang benar? Ataukah selama ini hanya melakukan sesuatu berdasarkan katanya dan sekedar meniru tanpa tahu ilmu atau alasan yang mendasarinya? Mari direnungkan tentang hal ini.
Setiap orang berhak mendapatkan ilmu, baik laki - laki maupun perempuan. Seperti kata bijak yang mengatakan bahwa ketika kamu mendidik seorang laki – laki maka kamu hanya mendidiknya, akan tetapi ketika kamu mendidik seorang perempuan maka kamu sudah mendidik seisi dunia. Ungkapan itu memang benar adanya jika diaplikasikan dalam kehidupan. Seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak – anaknya sekaligus partner setia untuk suaminya.
Ketika seorang ibu berpendidikan tinggi maka dia akan mengetahui bagaimana cara merawat dan mendidik anak – anak dan suaminya. Mungkin ada yang berpendapat bahwa banyak ibu berpendidikan tinggi tapi rumah tangganya malah tidak berumur panjang. Semua itu mungkin saja terjadi, yang perlu dipahami bahwa ibu berpendidikan tinggi juga harus diimbangi dengan softskill yang baik. Untuk mendapatkan softskill yang baik diperlukan pendidikan atau ilmu serta latihan yang berulang. Tidak ada manusia yang sempurna, tapi tugas manusialah untuk selalu berikhtiar dan berdoa, sedangkan soal hasil serahkan kepada Allah Swt.
Tugas mendidik anak sebenarnya bukan hanya tugas seorang ibu, tapi juga ayah. Akan tetapi, seorang suami biasanya menghabiskan lebih banyak waktu di luar untuk medapatkan nafkah. Sedangkan seorang istri memiliki waktu lebih banyak di rumah untuk mengurus anak – anak dan rumahnya. Meskipun seorang istri sudah melakukan yang terbaik untuk merawat anak dan rumahnya ketika suami pergi tapi terkadang permasalahan tidak bisa dihindari. Terkadang diantara suami istri masih saling menuntut pelayanan untuknya karena masing – masing sudah melakukan yang terbaik. Sedangkan keduanya sama – sama sedang lelah dan penat. Pada saat seperti ini sangat rentan akan terjadinya gesekan, tugas seorang ibu berpendidikan tinggilah untuk mengantisipasinya.
Untuk itulah mengapa seorang ibu berpendidikan tinggi menjadi seperti hal yang seolah diwajibkan ketika ingin membangun bahtera rumah tangga. Pernahkah kamu mendengar bahwa ketika akan menikah maka jangan berekspektasi tentang pasanganmu agar kamu tidak kecewa. Tidak berekspektasi bukan berarti tidak boleh berharap loh ya. Berharap boleh asalkan kamu menyadari konsekuensi dari harapanmu dan bertanggung jawab atas hal tersebut. Kenapa? Karena kamu harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi dalam hidupmu. Kamu yang membuat suatu keputusan maka itu menjadi tanggung jawabmu. Tidak perlu mencari - cari cara agar bisa menyalahkan orang lain. Tapi fikirkan, evaluasi, dan ambilah tindakan perbaikan yang bisa kamu lakukan.
Posting Komentar